Design a site like this with WordPress.com
Get started

WWOOF TRIP 1 : PETERNAKAN KAMBING DI INTERLAKEN – PART 3

Hari ke-5 di Interlaken

Hari ini Claudia yang gantian naik gunung, dia memberi kesempatan untuk Lea istirahat. Akhirnya dia paham kalau Lea sudah benar-benar lelah. Bayangkan saja, Lea dikontrak kerja selama 5 bulan tanpa libur akhir pekan. Secara kambing tak mengenal weekend. Area kerjanya adalah gunung guede. Memang sih gajinya juga guede. Meski bertitle penggembala kambing tapi gajinya tetap setara standard gaji Swiss. Sekitar 3000CHF. Kalau kurs 14.000, coba itung berapa, Anda berminat?


Lea meminta aku memasak labu yang dia petik dari kebun untuk makan siang kami, karena menurut dia masakanku kemarin enak. Sambil makan siang kami berbagi cerita, soal banyak hal. Saat aku tanya apa yang ingin dia lakukan 3-5 tahun ke depan, dia bilang dia ingin memiliki ladang pertanian atau peternakan, mempekerjakan difficult people seperti bekas pecandu obat-obatan atau bekas narapidana yang kesulitan mencari pekerjaan. Yup, dibalik gaya cuek dan nyentrik itu, tersimpan hati yang mulia. Put me to shame, saat aku sadar bahwa apa yang ingin aku raih di 3-5 tahun ke depan hanya hal-hal materialistis untuk kepentingan pribadiku. Rumah, nikah, mobil, travel plan, etc.

Setelah makan siang, anak-anak mengundang kami untuk menonton pertunjukan circus di kamar mereka. Circus itu disutradarai oleh Sajjane, si sulung. Dibintangi oleh Sajjane sendiri, Moira dan Thilia. Si bungsu Thilia melakukan adegan pole dance dengan penuh penghayatan. Circus itu terdiri dari 4 adegan, adegan pembuka berupa kambing merangkak berputar-putar dan loncat-loncat selama 5 menit, kemudian adegan pole dance, kemudian balik ke kambing putar putar dan ditutup dengan Pole Dance lagi. Aku kagum dengan Sajane yang sungguh piawai memilih lagu dan music yang selalu pas dengan adegan yang mereka peragakan. Luar biasa. Meski sedikit bosan dengan adegan merangkak yang cukup lama, aku sangat menikmati snack yang mereka siapkan untuk penonton. Coklat, permen dan almond plus orange juice. Well, what a perfect little event organizer.

Hari ini akan ada helper baru dari Spanyol untuk menggantikan Lea. Masa tugas Lea berakhir mid. September. Mereka sampai di tempat kami sekitar jam 2 siang, diantar seorang guide lokal. Mereka rupanya adalah pasangan muda yang ingin mengumpulkan uang untuk membangun peternakan sendiri. Nama ceweknya Angela juga (cuman beda spelling sama Angela sang tuan rumah), dan pacarnya Fernando (sebut saja begitu, aku lupa nama sebenarnya). Mereka adalah pasangan romantis yang suka ciuman setiap saat dimana saja, bikin sebel (atau lebih tepatnya baper😄). 

Hari ke-6 di Interlaken 

Aku tidak membantu memerah susu pagi ini karena sudah ada Fernando dan pacarnya, Lea dan  Claudia. Jadi aku memilih untuk beres-beres dan menyiapkan sarapan saja. 

Siang ini Claudia menawariku dan Angela Spanyol untuk mengemas keju-keju yang siap jual karena Angela akan datang sore nanti, sehingga dia bisa membawanya untuk di jual di mini market di kota.

Aku sangat bersemangat saat Claudia menawariku untuk tinggal di rumah mereka di desa. Yeiiii… akhirnya, Tarzan turun gunung. 

Well… tinggal di gunung itu menyenangkan, tapi seminggu benar-benar hanya bertemu kambing, rumput, lebah, kuda, orang itu-itu saja, pergi ke situ-situ saja, melakukan itu-itu saja plus tanpa internet dan mini market terdekat ternyata tak seindah reality show. Kangen sebuah peradapan normal. Aku sudah mengemasi barangku sejak sore, siap mengangkutnya jika sewaktu-waktu Angela datang. Tapi… matahari mulai terbenam dan dia belum juga muncul. Angela baru sampai pas kami sedang makan malam,  dia bilang sangat lelah dan ingin menginap disini malam ini. Akhirnya kami turun gunung keesokan paginya. 

Meski hanya seminggu, tapi tempat ini mengajariku banyak hal. Masih sulit percaya aku bisa sampai di pegunungan Alpen, sendirian. Tempat yang luar biasa indah mengenalkanku pada orang-orang yang memiliki pribadi yang indah seperti Angela, Claudia dan Lea, dengan cerita masing-masing.

Rumah Angela di desa benar-benar mepet danau Interlaken. Tinggal loncat dari teras udah nyebur danau. View nya luar biasa indah, danau bening biru dan langit serasa menyatu, hijau pegunungan yang memagarinya, aku masih tidak percaya jika aku pernah tinggal seminggu di atas sana. Sebuah tempat yang bahkan tidak pernah terbayang dalam mimpiku.

Well, sebenarnya setelah moment kesasar di gunung, aku mengirim pesan SOS ke seorang teman, Pierre, yang aku kenal dari Trip Advisor untuk mumpang di tempatnya beberapa hari.  Saat itu aku tak yakin bisa bertahan seminggu di gunung bersama kambing-kambing. Pierre baru merespon semalam bersamaan dengan tawaran Claudia untuk menginap di rumahnya di desa. Sempat nyesel moment nya berbarengan. Berasa simalakama. 

Sebenarnya aku sangat sungkan untuk pamit ke Angela, dia telah menyiapkan tempat tidur yang nyaman buatku, seharusnya aku menginap disini 3 hari. Namun disisi lain aku juga sungkan karena telah membuat janji dengan Pierre dan dia sudah bersedia repot-repot menjemputku di stasiun sepulang kerja.

Angela agak kecewa saat bilang aku tidak bisa menginap di rumahnya malam ini karena akan menginap di tempat Pierre. Dia khawatir karena aku memilih tinggal di tempat laki-laki asing di negara asing. Akupun berbohong kalau aku sudah pernah ketemu Pierre sebelumnya. Untuk lebih meyakinkan, aku meminta Pierre untuk pura-pura sudah mengenalku dengan baik saat kami pertama ketemu nanti malam. Aku memberi tahu Pierre dengan detail ciri-ciriku dan diapun memberitahuku detail baju yang dia pakai.

Saat mengantarku ke stasiun, Angela masih berusaha memintaku untuk membatalkan rencanaku menginap di tempat Pierre, nampak sekali dia khawatir. Namun saat aku ber-akting lumayan meyakinkan saat pertama melihat Pierre berdiri di depan stasiun, sepertinya dia cukup percaya kalau aku dan Pierre sudah pernah bertemu sebelumnya. Semoga saja.

Kembali ke moment itu, saat aku dengan PD-nya melambaikan tangan ke seorang lelaki asing, tinggi besar brewokan sambil memanggil namanya berlagak macam teman lama padahal baru pertama ketemu. Kemudian aku cuek saja naik mobilnya terus nginep rumahnya. Itu adalah pengalaman pertamaku jadi surfer tidak resmi. Anehnya kemudian hari Pierre mengaku dia sempat parno kalau aku adalah pembunuh profesional atau penjahat sejenisnya. Heh??? Serius lo, diriku seseram itu? Atau mungkin karena aku bau kambing 🐐.

Bersambung…

Advertisement

Author: EmiTj

I love travelling and farming, so i combine both

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: