DELIVERY SERVICE ALA SWISS : HELICOPTER

Pertama kali melihat penampilan Lea (Shepherd dari German yang dipekerjakan oleh host WWOOF ku di Interlaken) pas berangkat mengembala kambing ke gunung, aku seperti melihat seorang Rey, The Last Jedi tapi versi rambut rasta. Keren plus tangguh. Waktu punya kesempatan ngobrol sama dia, aku kepo untuk bertanya apakah dia pernah punya rasa takut naik turun gunung, siang, sore, malam setiap saat jika dia diharuskan mencari kambing yang ilang? (Sebenarnya mah takut yang aku tanyakan itu soal takut ketemu hantu).

Lea bilang, iya dia takut, apalagi ternyata tepat sebulan lalu, temannya sesama shepherd (awalnya dia berdua melakukan tugas ini) mengalami kecelakaan fatal, kejatuhan batu dari atas gunung, segede kepala pas di tengkuknya. Beruntung, gadis itu selamat karena otaknya tidak terluka. Benar-benar sebuah keajaiban, setelah 3 hari koma, seminggu kemudian dia sudah kembali beraktifitas seperti biasa. 

Ya, meskipun pegunungan Alpen adalah tempat yang sangat indah, hutannya lebih kalem jauh berbeda dengan tipikal hutan tropis yang cenderung lebat dan gelap, tetap saja alam menyimpang kekuatannya dan bahaya tersembunyi. Claudia sebagai tuan rumah selalu menasehati kami untuk hati-hati, fokus, berusaha tidak berada di bawah tebing tempat kambing merumput, karena kambing bisa saja menjatuhkan bebatuan dari tebing, mengurangi ngobrol dan bercanda karena bisa mengganggu konsentrasi.

View Interlaken dari atas gunung

Saat aku bertanya apa yang Lea rasakan saat itu? Dia bilang panik, takut karena dia hampir yakin temannya meninggal di tempat. Kejadian itu masih selalu terbayang setiap kali dia naik gunung, dan itulah sebabnya setelah kejadian itu dia lebih sering kehilangan kambing. Binatang bisa merasakan ketakutan pada diri kita, sehingga mereka jadi lebih susah dikendalikan.

Bagaimana cara membawa seseorang yang mengalami kecelakaan ke rumah sakit di tempat seperti ini? Sementara untuk mencapai jalan raya terdekat butuh waktu setidaknya 40 menit jalan kaki. Ternyata penduduk di pegunungan Alpen biasa carter helicopter. Pada case Lea, selain faktor keberuntungan, juga karena penanganan dan kesigapan tim SAR dan medis yang super cepat. Saat kejadian, Lea segera menghubungi Claudia untuk meminta bantuan, kemudian Claudia menghubungi tim SAR yang segera mengevakuasi korban. Semua proses hanya butuh waktu sekitar 10 menit hingga sampai rumah sakit dan korban mendapat pertolongan. Yeah, that’s Swiss.

Jika hal itu terjadi pada orang yang kurang tanggap (sebut saja saya), bisa saja proses panik sendiri, binggung mo ngapain, nangis, moment blank bisa memakan beberapa puluh menit bahkan jam dan bisa saja mengakibatkan korban tak tertolong. Teringat beberapa kasus pendaki yang tersesat di beberapa gunung di tanah air belakangan ini. Proses pencarian bisa memakan waktu beberapa hari dan sering menemukan korban sudah meninggal. 

Heli Base di Lauterbrunnen, Swiss

Saat kami sedang ngobrol, terdengar deru suara helikopter, ternyata selain untuk rescue, penduduk Alpen juga biasa menyewa heli untuk delivery barang-barang kebutuhan sehari-hari, material untuk membangun rumah, furniture atau pakan ternak yang tidak memungkinkan untuk dibawa manual dari bawah. Hebatnya lagi, dari base heli di Interlaken ke atas Alpen rata-rata hanya perlu waktu 2 menit sekali jalan. Iya, 120 detik doang.

Untuk menghemat ongkos carter, ternyata juga boleh sharing. Asal lokasi berdekatan dan volume mencukupi. Jadi ngebayangin suatu hari nanti go-send atau go-food ngantar pakai Heli, 😆.

Carter Heli memang bukan hal baru di negara maju, juga bukan cuman di Swiss. Tapi bagi orang udik kaya aku, pengalaman menyaksikan delivery service pakai Helikopter itu bisa bikin moment melongo sesaat. 

Btw pas aku masih kecil, moment melihat pesawat melintas di atas langit kami adalah moment berharga. Kebiasaan anak-anak di kampungku pas dengar suara pesawat adalah langsung keluar rumah, da-da-da-da ke atas sambil teriak “Kapal, njaluk duite” (Kapal minta uang…🙊). Kami melakukannya dengan tawa bahagia seakan Mas Pilot sedang melongok ke bawah melihat kami. Kangen masa itu.

Aku sempat mampir ke Swiss Helicopter Base di Interlaken. Pilotnya ramah-ramah (cakep sudah pasti). Jadi pingin punya suami Pilot.

Fly me to the moon..

Let me play among the stars..😊 

Mampir di Lauterbrunnen : Salah satu desa tercantik di dunia

Lauterbrunnen adalah next stop-ku setelah WWOOFing pertama. Aku memilih Lauterbrunnen karena dekat dengan Interlaken, hemat ongkos. Naik kereta dari Interlaken Ost cuman 20 menit, tiket ketengan seharga 7.6 CHF (sekitar Rp 106.400 dengan rate 14.000).

Lauterbrunnen

Lauterbrunnen terkenal dengan pemandangan alam yang super kece. Diapit oleh tebing gunung dan memiliki banyak air terjun keren yang jatuh langsung dari tebing dipinggiran lembah. Kabarnya total ada 70-an air terjun. Pernah baca kalau desa ini adalah salah satu yang paling cantik di dunia. Landscape alamnya, kalau dilihat-lihat mirip Ngarai Sianok di Sumatra. Bedanya cuman Ngarai Sianok tidak punya gunung salju.

Wilayah ini berdekatan dengan Jungfrau yang merupakan primadona turis asing. Jungfrau adalah puncak tertinggi Swiss yang bisa dikunjungi. Pemandangan di atas spektakuler penuh salju (dari cover brosurnya). Ada akses cable car jadi tidak perlu cape-cape mendaki. Cuman perlu bayar tiket yang muahat banget. Lucunya, 2 orang asli Swiss yang aku kenal, belum pernah dan tidak berminat ke Jungfrau. Mahal!

Transportasi untuk menjangkau daerah lain dari Lauterbrunnen tersedia kereta, bus dan cable car. Recommended banget selain ke Jungfrau juga ke Grindelwald dan Wengen. View di Grindelwald juga keren banget.

Ini adalah sebuah lembah, desa jadi ga begitu ramai dan ga ada mall. Fasilitas cukup memadai. Restaurant, hotel, toko souvenir, minimarket gampang dijumpai. Sebagai lokasi wisata yang cukup terkenal, tarif hotel masih terbilang terjangkau. Waktu itu aku menginap di Valey Hostel yang lokasinya PW banget. Dekat stasiun, gampang dicari, super bersih dan memiliki fasilitas lengkap untuk backpacker. Tarif permalam untuk kamar dormitori sekitar Rp. 600.000.

Banyak juga hotel berbintang, camping ground dan rumah yang disewakan untuk turis. Semua rumah bergaya pedesaan Swiss, dari kayu dengan banyak bunga warna warni. Cantik.

Aku menginap 3 malam di Valey Hostel. Nah, biasanya tiap nginep di dormitori, aku selalu milih woman only. Tapi pas booking di Valey Hostel tidak tersedia kamar khusus cewek. Sempat parno juga pengalaman pertama nginep di dormitori campuran. Beruntungnya saat itu kamar yang berisi 8 bed hanya terisi 2 di malam pertama, aku dan seorang pelajar dari Singapore. Malam kedua datang 2 cewek dari Bangladesh. Yes, mayoritas cewek. Aman.

Malam terakhir, full house. 5 cowok rombongan datang, 2 dari USA 3 lainnya dari Australia, Itali dan Perancis. Cowok Singapore check out kemarin.

Ternyata semua roommate ku ramah dan sopan sekali. Kami sempat ngobrol dan berbagi cerita saat makan malam, berbagi alamat e-mail juga. Si cowok Itali malah sempat pamer keahlian masak pasta. Al dente..!!! Katanya, mitos cowok Perancis itu paling romantis adalah salah. Italians do it better!. Kalau menurutku sih bukan romantis, tapi nggombal. Yang paling aku syukuri adalah ternyata tidak ada penghuni yang ngorok. Padahal pas tidur di dormitori cewek, hampir selalu ada yang ngorok.

Valley Hostel

Di hostel ini juga aku ketemu Mba Yuni yang menghibahkan bekal makanan. Ketemu Mbak-Mbak ruame buanget dari Aceh yang sedang holiday trip. Dia lagi sekolah S2 di Belanda. Saking cintanya sama Belanda, jaket, jilbab sampe ranselnya warna orange (awalnya aku kira dia The Jak Mania).

Trakking, hiking, bersepeda, naik cable car, skydiving atau paradigling adalah beberapa pilihan aktivitas disini. Ngintip di Tripadvisor deh untuk info lengkapnya. Berhubung aku hanya menikmati wisata gratis, jadi hanya seputar jalan-jalan sampai gempor, naik turun lembah, menikmati air terjun, main di sungai, leyeh-leyeh di rumput, nggodain sapi dan itupun sudah lebih dari bahagia.

Dari buku The Geography of Bliss karya Eric Weiner, salah satu kunci kebahagiaan orang Swiss adalah alam mereka yang indah. Aku setuju!!!

Design a site like this with WordPress.com
Get started