Design a site like this with WordPress.com
Get started

(Bukan) Jilbab Para Malaikat

“Berjilbab tapi ngerokok, “

“Pakai jilbab tapi kelakuannya…. mending dicopot aja.. “

“aku belum siap pakai jilbab, takut ga bisa menyeimbangkan sama sikap, takut ntar copot pasang…”

Aku sering mendengar kata-kata itu, sering juga baca berita soal artis yang dibully gara-gara memutuskan menanggalkan jilbab atau karena ketahuan merokok, dugem, dll.

Aku masih ingat hari pertama memutuskan memakai jilbab. Hari itu aku butuh lebih dari 2 jam hanya sekedar untuk keluar kamar dengan jilbab (bukan untuk pergi ngaji). Hari itu aku merasa tidak pantas mengenakannya, karena masih belum bisa menjaga sikap, mulut, hati…. Hal-hal yang sering kali jadi alasan untuk sebaik ya jangan dulu..

Sudah hampir 10 tahun sejak hari itu, dan aku masih belajar. Masih belum bisa mengenakan jilbab yang sesuai tuntunan syar’i. Masih suka pakai jeans, baju ketat, dan tentu saja masih sulit menjaga sikap maupun hati.

Aku belajar memahami jika menjaga jilbab itu bukan hal yang mudah. Maka aku memilih untuk “paham”(bukan berarti setuju), jika ada mereka yang tidak sanggup menjaganya kemudian memutuskan untuk menanggalkan. Namun, setidaknya, sebuah usaha dan keberanian untuk memulai adalah hal yang sudah layak untuk dihargai. Sekecil apapun usaha untuk menaati perintah Allah itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

Namanya juga usaha, tidak semua berhasil. Ada yang gagal, dan itu sesuatu yang seharusnya bukan menjadi alasan untuk lebih baik tidak dicoba.

Tidak munafik juga saat mengetahui seseorang yang pernah aku kenal dulunya berjilbab, kemudian memutuskan untuk menanggalkan, dalam hati ada perasaan kecewa, menggangap hal itu buruk dan sebagainya. Menjadi kewajiban sesama Muslim untuk mengingatkan, menasehati. Namun, adab mengingatkan adalah dengan sembuyi-sembunyi.

Tak ada yang benar-benar kita miliki di dunia, semua hanya titipan. Termasuk iman. Jika Allah menghendaki, bisa saja iman yang kita banggakan hari ini diambil. Bisa jadi yang kita cibir hari ini, besok diberi hidayah. Kita tidak pernah tahu,

Yang aku tahu, jilbab itu untuk Muslimah, bukan untuk malaikat.

Advertisement

PERJALANAN BACKPACKER TERINDAH : UMROH

Buka-buka flasdisk lama dan menemukan foto 6 tahun lalu, tepatnya Desember 2014. Foto pas backpaker ke Tanah Suci. Masya AllahTabarakallah,

Hingga detik ini, aku masih belum bisa benar-benar percaya perjalanan itu nyata, saking ajaibnya. Sebagai Muslim, tentu saja perjalanan ke Tanah Suci untuk Haji maupun Umroh adalah impian. Namun bagiku yang ilmu agama masih sangat dangkal, Umroh adalah list yang belum ingin aku tulis saat itu. Dana juga belum ada. Namun, jika Allah sudah mengundang, semua menjadi mungkin.

Berawal dari seorang teman kantor lama yang tiba-tiba chat ngajakin Umroh backpaker bareng Menara Wisata. Baru pertama kali dengar istilah Umroh Backpacker, tapi aku langsung tertarik. Saat itu aku punya tabungan 6 jutaan dan sedang hunting tiket ke Jepang, akhirnya pindah haluan.

Deg-degan luar biasa, lebih pada pertanyaan-pertanyaan apa aku sudah layak ? apa aku sudah siap menjadi tamu Allah ? Urusan budget yang saat itu belum terencana, malah tidak membuatku pusing. Aku tanpa pikir-pikir lagi, langsung booking tiket Bangkok- Mumbai – Jeddah, seharga sekitar 4jt an PP, saat itu sekitar bulan Juni, kami akan berangkat tanggal 23 December 2014. Sementara tiket Jakarta-Bangkok, aku booking belakangan karena relatif banyak pilihan dan harga cukup terjangkau. Rute Jakarta-Bangkok-Mumbai-Jeddah dipilih karena rute ini paling murah.

Umroh backpacker berbeda dengan umroh regular. Kami tetap menggunakan jasa travel agent resmi penyelenggara Umroh, untuk pengurusan visa dan akomodasi. Namun, untuk tiket peserta bebas bisa booking sendiri atau minta tolong dibookingkan oleh travel agent. Sementara untuk makan, hanya tersedia 1x catering saat kedatangan. Selebihnya, kami bebas beli sendiri atau masak. Dari pengalamanku, cara ini bisa menghemat hingga 40%. Saat itu, total pengeluaraanku selama 10 hari, sekitar 13jt, all in termasuk oleh-oleh sederhana.

Untuk gabung Umroh Backpacker, bisa dengan menghubungi admin Menara Wisata, kemudian pilih jadwal keberangkatan. Selanjutnya Menara Wisata akan membuatkan grup Whatsapp untuk koordinasi peserta, nah karena ini sistem sharing, makin banyak peserta akan makin murah. Para peserta bisa mengajak siapa saja untuk ikutan join berangkat bareng. Biasanya kuota sebanyak 30-40an orang. Sharing disini adalah untuk akomodasi dan transportasi darat saat di Tanah Suci.

Selain lebih hemat, menurutku umroh backpacker lebih aman juga dari segi pembayaran. Pada umumnya, budget terbesar adalah untuk tiket, dengan membeli tiket sendiri, kita bisa membatalkan atau refund tanpa melalui travel agent.

Saat itu aku sedang sibuk bekerja plus kuliah, sama sekali tidak ada persiapan sampai H-7, baru baca-baca buku tuntunan Umroh seadanya. Totally modal nekat lahir batin. Tidak ada acara syukuran sebelum berangkat seperti orang-orang pada umumnya.

Drama dimulai sekitar seminggu sebelum date of travel, visa kami belum di approve. Saat itu, pemerintah mulai menertibkan program Umroh mandiri, termasuk backpacker. Bahkan sampai H-3, hari itu Jumát, belum juga ada kabar. Aku pasrah dan sudah siap dengan resiko terburuk. Manusia hanya berencana, aku berfikir saat itu memang masih belum layak ke Tanah Suci. Aku belum berani cerita ke orang tua, kuatir bikin mereka kepikiran juga.

Alhamdulillah, visa kami disetujui esok harinya, baru kemudian aku cerita dan minta ijin ke Bapak Ibu. Bahkan aku baru beli baju Ihrom sehari sebelum berangkat. Mampir Kuncit sekalian ambil passport di tempat ketua rombongan di Benhil.

Romongan kami berangkat masing-masing dari Jakarta ke Bangkok. Meeting point sebelum penerbangan ke Jeddah. Rencana menginap semalam di Bangkok. Hari H, pesawat untuk Jakarta – Bangkok, aku janjian dengan teman kantorku yang berangkat dari Surabaya bersama Istrinya, passport mereka di tanganku. Jadwal penerbangan jam 6.15 sore, aku berangkat dari Jababeka naik Damri yang biasanya hanya perlu waktu sejam. Bus berangkat jam 1 siang,

Karena kelelahan, aku tertidur di bus. Kaget saat terbangun melihat jam sudah jam set 3, aku binggung sudah sampai mana, dan…. ternyata masih di toll sekitaran MT Haryono. Jalanan macet ga gerak. Singkat cerita, hari itu macet luar biasa karena ada kecelakaan. Aku sudah pasrah antara tidak berangkat atau beli tiket baru, termasuk untuk 2 temanku. Padahal, aku hanya punya uang saku sekitar 3jt an, jatah makan seminggu di sana. Kebayang untuk 3 tiket itu bisa saja tidak cukup. Hanya bisa pasrah.

30 menit sebelum waktu boarding aku baru sampai di Terminal 2, temanku dan istrinya sudah hampir putus harapan. Alhamdulillah, kami masih sempat mengejar penerbangan.

Hari pertama, sesampainya di Madinah, kami langsung ke hotel, saat itu masih subuh jadi beberapa orang ingin langsung sholat jamaah di Masjid Nabawi. Aku tidak ikut karena masih kelelahan. Baru keluar kamar di waktu Dhuha, kaget mendengar kabar salah satu anggota kami hilang di Masjid Nabawi. Ibu-ibu sepuh.

Kami pun berusaha mencari bersama-sama, namun nihil hingga waktu Dhuhur. Luar biasa panik, apalagi teman-teman yang berangkat Sholat bareng. Semua merasa bersalah. Lesson to learn, sangat penting untuk membawa kartu nama hotel dan nomer HP pimpinan rombongan kemana saja, agar jika kita tersesat, mudah untuk minta bantuan untuk diantar kembali ke hotel.

Hari pertama kami sudah diuji. Alhamdulillah sehabis Ashar, akhirnya Ibu ditemukan. Kata-kata beliau sesaat setelah ditemukan, “tersesat di dunia saja begitu menakutkan, apalagi di akhirat”. Ngena banget.

3 Hari di Madinah sungguh menyenangkan. Kota ini teduh dan memberi perasaan aman. Aku merasa seperti di rumah, santai jalan sendiri kemana-mana, meski diingatkan kalau itu berbahaya di Arab. Alhamdulillah aman.

Perjalanan dari Madinah ke Mekkah, kami menggunakan bus. Pertama kali samar-samar melihat puncak Makkah Royal Clock Tower, hatiku bergetar. Mekkah sungguh punya kekuatan tersendiri. Air mata tiba-tiba menetes. Bahkan, bermimpi saja aku takut, namun hari itu, aku benar-benar mendapat kesempatan luar biasa untuk menjadi tamu Allah.

Bersambung….

DELF A1 TEST

Assalamualaikum, apa kabar ?

Sudah siap-siap kalendar baru? atau resolusi tahun baru?

Aku bukan termasuk yang suka menyiapkan resolusi tahun baru, malah lebih suka flashback dan mencatat apa saja yang terjadi tahun ini untuk belajar dan bersyukur.

Salah satu moment yang ingin aku kenang tahun ini adalah tentang keberanianku ikut ujian DELF Perancis November lalu. Sudah kenal Bahasa Perancis sejak SMA, terus pas kuliah juga, kemudian sampai lupa, berusaha belajar lagi dan akhirnya baru berani mengukur kemampuan dengan ujian resmi. Meskipun baru di level basic A1, bisa lulus dengan angka 80an itu something banget.

Nah, bagi kalian yang mungkin juga pingin nyobain ujian DELF for fun atau untuk kepentingan spesifik, semoga tulisan ini memberi inspirasi. Ça vaut la peine d’essayer (It’s worth a try).

Informasi berikut aku ambil dari website IFI Jakarta https://www.ifi-id.com/id/delf-dalf

DELF (Ijazah Kemampuan Bahasa Prancis) dan DALF (Ijazah Kemampuan Bahasa Prancis Tingkat Lanjut) adalah ijazah resmi yang diterbitkan dan dijamin oleh CIEP (Pusat Internasional Studi Pedagogi), lembaga sertifikasi kompetensi bahasa Prancis untuk orang asing non frankofon yang diberikan kewenangan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Republik Prancis. Ijazah ini berlaku seumur hidup lo, dan diakui di 165 negara.

Berikut level-level ujian DELF/DALF.

DELF-DALF Tout Public Ditujukan untuk publik umum non frankofon yang ingin mengesahkan kemampuan bahasa Prancis untuk keperluan pribadi, profesional, maupun akademis. 6 level: A1, A2, B1, B2, C1, C2. 3 sesi ujian per tahun.

DELF Junior untuk menguji kemampuan bahasa Prancis pelajar SMP-SMA usia 12-17 tahun dengan tema-tema yang disesuaikan dengan ketertarikan mereka. Ijazah ini menguatkan motivasi dan persiapan untuk menggapai jenjang pendidikan tinggi di Prancis.

DELF Scolaire juga ditujukan bagi para pelajar SMP-SMA. Namun, penyelenggaraannya dilakukan dalam kerangka kerja sama antara Institut Français atau Alliance Française dengan institusi pendidikan di Indonesia, serta menawarkan tarif yang lebih murah dibandingkan DELF Junior. 4 level: A1, A2, B1, B2. 3 sesi ujian per tahun

DELF PRIM diperuntukan bagi anak-anak usia 7-12 tahun yang termasuk dalam kategori penutur asing level pemula. 3 level: A1.1, A1, A2. 2 sesi ujian per tahun.

Berikut ini cara mendaftar :

1. Unduh formulir ujian DELF atau DALF sesuai jenis ujian yang Anda pilih: Tout publicJuniorScolairePrim. Bisa dengan mengisi form online
2. Isi dan kembalikan formulir ke Sekretariat Kursus sesuai IFI yang Anda pilih, berserta fotokopi KTP.
3. Bayar biaya ujian. Biasanya mesti langsung ke tempat, tapi karena tahun ini special, bisa dengan transfer.

Ada 4 kompotensi yang diujikan masing-masing bernilai 25 poin dengan nilai terendah kelulusan 5/25 per kompetensi. Angka minimal kelulusan adalah 50/100 untuk keseluruhan kompetensi. Pas ujian kemarin, aku tidak sempat fokus belajar karena berbarengan dengan jadwal audit di kantor. Ga mau muluk-muluk, target lulus aja. Minimal dapat 60, maximal 70.

Berdasarkan pengalamanku kemarin, level A1 relatif mudah bagi pemula. Kalau sudah pernah kursus atau belajar basic, In Shaa Allah lulus. Aku hanya belajar dari soal-soal tahun sebelumnya dan bisa dibilang typical. Berkaitan dengan angka, nama, nationality, harga, jadwal perjalanan, dan sejenisnya.

Kemarin, aku ikut jadwal ujian tanggal 16 November 2020. 30 menit sebelum ujian dimulai, peserta sudah diharuskan hadir di ruang ujian. Saat itu satu ruangan hanya ada 6 peserta. Kami diinformasikan sebelumnya, untuk memakai face shield dan masker.

Ujian terbagi 4 sesi. Pertama listening. Dialog sederhana tentang undangan makan dan iklan di supermarket. Tiap Dialog diputar 2 kali, jadi sangat membantu. Kemudian ada 5 dialog sederhana yang mesti kita cocokan dengan gambar pada soal. Untuk melatih pendengaran, search aja video latihan Delf di Youtube.

Bagian ke dua membaca. Ada beberapa bacaan singkat dan sederhana tentang lowongan pekerjaan, sebuah catatan liburan dan sebuah informasi mengenai Bandara. Kemudian 1 soal tentang menggambar rute untuk menemukan sebuah ruangan berdasarkan petunjuk pada bacaan.

Bagian ke tiga adalah menulis. Ini yang paling berat buatku karena aku punya penyakit susah mengeja. Bahasa Inggris yang sering digunakan aja sulit banget kalau mesti nulis. Well, kebanyakan dibantu auto correct sih. Kabar baiknya, di level A1 & A2, typo masih dimaafkan.

Kemarin, soal di bagian writing ada 2, pertama mengisi form pendaftaran sport club. Mengisi nama depan, nama belakang, nationality, umur, tanggal lahir, alamat, email, pilihan olahraga dan hari. Sepertinya form model ini hampir selalu keluar. Soal ke 2 adalah menulis postcard mengenai liburan di kota besar, minimal 50 kata. Hmmm, aku beruntung di bagian ini karena sudah latihan bikin karangan dibantu native. Usaha menghafal Alhamdulillah sukses. Melihat contoh-contoh soal, tipikal tema bagian ini antara lain menulis post card tentang liburan, surat undangan pesta, ajakan liburan, atau menolak undangan.

Bagian terakhir adalah speaking. pada bagian ini ada 3 sesi. Sebelum ujian dimulai, peserta dipersilakan memilih kertas berisi tema yang akan diujikan dan mempersiapkan diri selama 10 menit. Sesi pertama memperkenalkan diri. Pada sesi kedua, peserta mewawancarai penguji berdasarkan tulisan pada kertas yang sudah dipilih. Saat itu kertas yang aku pilih berisi kota, saudara, teman, pekerjaan, 2 lainnya lupa. Tips : pelajari kalimat-kalimat tanya. Sesi terakhir, peserta dan penguji bermain peran sebagai penjual dan pembeli. Aku memilih kertas bergambar agenda, laptop, lampu dan pensil. Sempat panik pas menyebutkan harga, well, apapun bahasanya, angka adalah kelemahanku. Bagian ini aku dapat nilai terendah.

Akhirnya, setelah 3 minggu menunggu, hasil ujianpun diumumkan. Aku lulus dengan nilai 84.5. J’hallucine !!!

Alors, ce n’est que le debut. OTW A2 tahun depan !!!!