Design a site like this with WordPress.com
Get started

Cerita dari Toulouse : Camping di Gunung, Jajan di Pasar & Mampir di Carcassonne

Memiliki teman orang lokal di tempat asing itu selalu menjadi nilai plus. Guide lokal yang lebih tau dimana menemukan sesuatu yang unik. 3 tahun lalu aku kenal seorang penpal yang berdomisili di Toulouse, Perancis. Aku memanggilnya Q. Kami sering berkirim kartu pos dan kado-kado kecil. Saat aku memulai trip WWOOF ke Eropa, mengunjungi Q adalah salah satu agenda utama.

3 tahun lalu saat pertama kenal, Q sedang menabung untuk membeli sebuah campar van, karena dia suka camping dan night photography. Saat itu aku mendoakan semoga van impiannya segera terwujud dan dia berjanji jika aku ke Perancis, dia akan mengajakku camping dengan mobilnya.

Siapa sangka, guyonan itu jadi kenyataan. Setahun lalu, aku benar-benar diajaknya camping dengan mobil van-nya di pegunungan Pyrenees sesuai janjinya.

Kami berangkat Jum’ at sore. Hari itu cerah menyenangkan. Kami perlu waktu sekitar 3 jam untuk sampai di gunung. Tiba pas menjelang senja karena sengaja mampir-mampir untuk jajan.

Untuk makan malam, Q masak bebek goreng crispy yang rasanya seenak Bebek Slamet. Serius seenak itu. Kalah sambel aja. Ini adalah bebek kalengan yang digoreng dengan lemaknya.

Malam itu langit lumayan cerah, bahkan nampak milky way, tapi karena sangat dingin, aku memilih mendekam di dalam mobil.

Keesokan paginya, kami turun gunung menuju sebuah desa kecil cantik yang bernama Saint Girons. Disini, pas Sabtu pagi ada pasar kaget yang menjual produk lokal, utamanya keju, aneka sayur mayur dan beragam jajanan enak. Kami jajan pie apel, grilled chicken, melon dan tentu saja keju.

Setelah kenyang jajan, kami selanjutnya menuju ke tujuan utama yaitu BENTENG CARCASSONNE (Château et remparts de Carcassonne). Carcassonne adalah sebuah kota sekitar 90 km dari Toulouse, Perancis Selatan. Benteng ini adalah situs budaya UNESCO. Bangunannya seluas 2,5 km, berbentuk segi empat, dan memiliki 53 menara pengawas. Merupakan benteng terbesar di Eropa peninggalan abad pertengahan (medieval) .

taken from lifepart2.com Pinterest.

Untuk masuk area benteng, tidak dikenakan biaya masuk, di dalam ada beragam cafe dan toko souvenir. Tempat parkir di luar cukup luas, namun lumayan penuh.

Kami meninggalkan Carcassonne menjelang sore, mampir sekalian di pusat kota Toulouse karena besok aku sudah harus menuju Paris.

Toulouse adalah markas besar Boeing. Kota ini dijuluki “kota Pink” karena pusat kotanya didominasi batu bata yang melukis kota dengan warna pink. Pusat kota lumayan rame, pusat perbelanjaan lengkap dengan beragam cafe tempat nongkrong.

3 hari di Toulouse bersama Q berakhir di Minggu sore. Q mengantarku ke stasiun untuk melanjutkan perjalanan menuju Paris dengan Flix Bus.

Meskipun ini pertemuan pertama, kami seakrab saat online. Ya, berteman di dunia maya memang tidak selalu jadi cerita indah. Oleh karena itu, sebelum memutuskan menginap di tempat Q, aku telah menjelaskan dan memastikan dia menerima dan menghormati batasan-batasanku sebagai Muslim. Aku juga meminta poto ID card nya untuk data pribadiku.

Sebelum memulai solo tripku ke Eropa, aku memberikan semua jadwal perjalanan, alamat semua hotel dan host serta detail data orang-orang yang rencananya aku temui kepada teman baikku di Jakarta. Setidaknya, jika terjadi sesuatu padaku, ada orang terdekat yang tau kemana harus mencari informasi.

Advertisement

Strasbourg : Kota tua yang awet cantik

La Petite France

Strasbourg adalah kota kecil di wilayah Timur Perancis, dulunya di sebut Alsace. Letaknya berdekatan dengan negara Swiss, Luxembourg dan Jerman. Aku memilih kota ini sekedar untuk transit sebelum menuju Bern. Letaknya strategis, jika menuju negara-negara sebelahnya, relatif dekat. Dari sini menuju Bern, hanya sekitar 4 jam dengan bus. Saat itu, aku menuju Strasbourg dari Paris dengan Flixbus. Waktu tempuh sekita 6 jam, tiket seharga 12 Euro. Berangkat dari Paris, Bercy Seine Terminal jam 11 malam, sampai di terminal Flixbus Strasbourg jam 5 pagi.

Tujuan utamaku mampir sini adalah kota tuanya yang di sebut “La Petite France”. Wilayah Alsace, selain Strasbourg juga ada Colmar sangat dikenal dengan ciri khas bangunan dan rumah-rumah berbingkai kayu yang masih terjaga baik. Gaya bangunan ini dipengaruhi oleh arsitektur Jerman, yang memang berdekatan secara geografis. 

Kecantikan bangunan di daerah Alsace, bahkan menginspirasi setting film Disney Beauty and The Beast. Pada December, kota ini terkenal dengan pasar Natalnya yang meriah. Mungkin ada yang pernah ingat, pada tahun 2018 kemarin, ada tragedi penembakan oleh teroris yang menewaskan beberapa orang di kota ini. Sedih ya, padahal kota ini kota yang damai. Aku menyaksikan beragaman masyarakatnya yang indah.

Pic. taken from internet

Kesan pertama saat sampai di kota ini, tenang dan bersih. Rasanya jetleg dengan keriuhan Paris.  Jalanan sepi, rapi dan banyak pepohonan. Hotel yang aku booking melalui booking.com terletak di dekat stasiun central Strasbourg yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. 4km, ok lah..

Kota ini dilalui sungai besar, yang bersumber dari Swiss, sungai Reine. Aku memilih mengikuti alur sungai. Aliran sungai cukup deras, air jernihnya memantulkan cahaya matahari pagi yang baru bangun. What a calm city. Post Paris Syndrome, setelah mengunjungi Paris semua kota serasa kecil dan sepi, saking ramenya disana. Baru setengah jalan, mataku menangkap sesuatu yang sangat familiar. Sebuah kubah Masjid gede berwarna hijau. Iya, benar itu sebuah masjid. Terletak di perempatan jalan besar, bangunan masjid ini megah dengan area parkir luas. Aku terkagum… bukan tipikal masjid di negara Non Muslim yang biasanya bangunan kecil atau nyempil. Masjid ini sebesar masjid Agung di Jakarta. 

Cukup impressed dengan fakta bahwa ternyata di Strasbourg cukup banyak Muslim. Wilayah sekitar Masjid adalah semacam kampung Arab, banyak sekali resto Halal berjajar sepanjang jalan yang kulalui menuju hotel.

Aku cukup puas dengan kamar hotel, dengan harga 400rb semalam, dapat kamar single itu lumayan banget di Eropa. Biasanya mah cuman dapat dormitori. Kamar mandi sharing perlantai, ada 1 kamar mandi dan 2 toilet. Yang aku sayangkan hanya tidak ada fasilitas dapur umum, bahkan tidak ada kattle untuk sekedar merebus air. Huwaaa…… lesson to learn. Penting banget untuk teliti mengenai fasilitas hotel. Bagi budget traveler, dapur itu penting banget. 

Strasbourg Central Station, hanya 10 menit jalan kaki dari hotel. Stasiun ini bergaya megah, futuristic. Keren dah pokoknya. Petite France ternyata tidak begitu jauh dari central station, 15 menitan lah. Seluruh wilayah wisata kota ini bisa dan memungkinkan untuk ditempuh dengan jalan kaki. Kalau ga pelit2 banget kaya aku, bisa naik tram yang beroperasi hingga jam 12 malam. Kota ini sangat simple and convenient.

Benar, bangunan-bangunan tua disini benar-benar cantik. Nuansa negeri dongeng banget. Sayang, kamera HP ku tak cukup cangih untuk membidik kecantikan kota ini. Sungai jernih dan bersih membelah kota, bunga-bunga dan cafe-cafe dimana-mana. Tersedia wisata cruising sepanjang sungai dengan speedboat dan kapal. Kebayang gimana romantisnya malam-malam pegangan tangan dengan suami menyusuri tiap sudut kota ini.

Strasbourg Cathedral adalah landmark yang wajib ditengok juga. Arsitekturnya mirip Notre Dome.  

Setelah itu, jalan-jalan menyusuri pinggiran sungai yang asri aku menemukan banyak spot2 menarik sampai di gedung Perlemen Uni Eropa. Ya, ternyata (atau hanya aku yang baru tau), Strasbourg adalah ibu kota Uni Eropa. Disini berdiri megah kompleks gedung parlemen yang super keren dan futuristik. Sekitar gedung ini penuh taman luas dan rindang, Parc de Orange namanya. Ada juga taman yang cukup terkenal, Le Jardin des Deux Rives. Ada Jembatan super cantik disana. Sayang aku tak punya cukup waktu untuk kesana karena letaknya berada di luar area pusat kota.

Segala macam makanan ada disini. Ada resto Arab, Afrika, China juga. Resto Halal tak sulit ditemui. Jika ada waktu panjang di Strasbourg  bisa sekalian mampir Colmar yang sama cantiknya, hanya sekitar 30an menit dengan kereta dari Central Station. 

Bagi yang suka belanja, banyak sekali toko souvenir. Butik merk-merk baju terkenal bisa juga ditemui disini. Aku sempat tertarik untuk masuk sebuah toko buku, dan menemukan novel Pramoedya “Bumi Manusia” edisi Perancis disini. Bangga.

Strasbourg melebihi ekspektasiku. 2 hari yang berkesan di Strasbourg. Aku akan kembali bersama suamiku. Aamiin…